Rabu, 05 Maret 2014

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Sejarah Kemerdekaan : Perang - perang besar di masa perjuangan kemerdekaan RI. 
Untuk memperoleh sebuah kemerdekaan, Bangsa ini memperolehnya tidak gratis, sejarah panjang harus dilalui para pejuang kemerdekaan tanpa kenal lelah dan perjalanan panjang dilalui dengan pengorbanan nyawa dan darahnya untuk mendapatkan dan merebut kemerdekaan demi kedaulatan sebagai sebuah bangsa dan negara, yaitu bangsa indonesia. 350 th dijajah belanda sampai pendudukan Jepang, tidaklah mudah untuk dilupakan dan ditinggalkan oleh para vetran dan pejuang kemerdekaan, bangsa dan negara ini diperbudak belanda selama 7 turunan dan selama itu pula bangsa ini berjuang mengusir para komprador dan penjajah dari bumi pertiwi ini.

Namun, seringkali para pemimpin bangsa ini melupakan sejarah, sehingga sakit hati dan pengorbanan para pejuang bangsa dilupakan begitu saja, perjuangan menuntut permintaan "MAAF" dari belanda atas dosa-dosa mereka mandek dan mati suri. Kesejahteraan para pejuang kemerdekaan tidak pernah mendapatkan tempat bagi pemerintahan saat ini, para pemimpin sekarang sudah lupa diri. Yang ada sekarang bangsa ini dirampok habis-habisan oleh para pemimpin dan tokoh maling dan rampok berkedok wakil rakyat serta para koruptor yang berlindung di ketiak PEMERINTAH, untuk mengingatkan kembali perjuangan para leluhur kita maka kami menyajikan artikel perang-perang besar kemerdekaan.

PERTEMPURAN SURABAYA 10 NOVEMBER 1945 (SURABAYA)

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. 
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan bom udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Berbagai bagian kota Surabaya dibombardir dan ditembak dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal mupun terluka.
Bung Tomo di Surabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Foto terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa perjuangan revolusi utama Indonesia saat itu. Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris. Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.
Setidaknya 6,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

 
BANDUNG LAUTAN API (BANDUNG)
Ultimatum tentara sekutu pada tentara rakyat indonesia untuk meninggalkan kota bandung menyebabkan salah satu gerakan sangat spektakuler di histori perang indonesia ini. Sadar bahwa kemampuan senjata tidak lagi berimbang dan kekalahan telah tentu di depan mata, tri tidak rela bila sekutu memakai bandung menjadi pusat militer buat menginvasi lokasi yang lain. Menurut hasil musyawarah, sesuatu tindakan bumi hangus dipilih akan memastikan perihal ini tidak terjadi, walhasil 200. 000 penduduk bandung membakar tempat tinggal mereka mulai kurun waktu 7 jam dan berbarengan bergerak mengungsi ke lokasi selatan.
SERANGAN UMUM 1 MARET 1949 (YOGJAKARTA) 

Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Tujuan utama, menaklukkan pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Kurang lebih satu bulan setelah Agresi Militer Belanda II, yaitu Desember 1948, TNI mulai menyusun strategi melakukan serangan balik terhadap tentara Belanda. Serangan dimulai dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang konvoi Belanda, serta tindakan perebutan lainnya.

Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos di sepanjang jalan-jalan besar yang menghubungkan kota-kota yang telah diduduki. Hal ini berarti kekuata
OPERASI TRIKORA (IRIAN BARAT)

Operasi Trikora atau disebut juga Operasi Pembebasan Papua adalah konflik terbuka Indonesia-Belanda untuk memperebutkan Papua Barat. Konflik itu berlangsung singkat, yakni dua tahun (tahun 1961-1963). Konflik ini terjadi 17 tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962, berkedudukan di Makassar dengan Panglima Komando Brigadir Jenderal Soeharto. Langkah pertama yang dilakukan adalah merealisasikan tuntuntan TRIKORA atau Tri Komando Rakyat. Operasi Trikora adalah sebuah operasi rahasia yang dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Papua bagian barat.

Presiden Soekarno telah memberikan instruksi kepada Angkatan bersenjata dan seluruh rakyat Indonesia untuk setiap waktu tetap menjalankan kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda, untuk melaksanakan Tri Komando Rakyat (Trikora)yang isinya sebagai berikut.

1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua bentukan Belanda Kolonial,
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia,
3. Bersiaplah untuk memobilsasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
 
“Semoga Tuhan Yang Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia,” demikian seruan Presiden Soekarno di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1961, yang ditirukannya. 

Ia pun terus menambahkan bahwah langkah pertama dari Trikora adalah pada tanggal 2 Januari 1962, Presiden Soekarno menunjuk Mayjen Soeharto (Presiden RI ke-2) sebagai Panglima Mandala yang bermarkas di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan mengerahkan kekuatan ABRI sebanyak 74.649 prajurit.

Pada tanggal 15 Januari 1962 Comodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno dengan menggunakan Kapal Perang Macam Tutul gugur dalam pertempuran di laut Arafura. Sedangkan Mayor TNI Benny Moerdani mampu merebut Papua diawali dari Merauke. Dan bapak Adam Malik (mantan wakil Presiden) berhasil melakukan loby-loby internasional di PBB. Akhirnya secara de facto pada tanggal 1 Mei 1963, wilayah Irian Barat/Papua masuk ke sebagain bagian integral Indonesia.
PERTEMPURAN LAUT ARU (MALUKU) 

Tidak diragukan lagi, perang laut sangat dramatis yang sempat terjadi di indonesia adalah pertempuran laut Aru yang adalah bagian dari operasi trikora. Tiga kapal perang tempur indonesia yang ditugaskan lakukan operasi penyusupan, RI matjan tutul, RI matjan kumbang, dan RI harimau, mesti berhadapan dengan sesuatu takdir buruk.

Operasi yang seharusnya berjalan rahasia ini nyatanya terendus oleh pihak otoritas belanda, mereka kirim dua kapal type destroyer dan pesawat tempur untuk menenggelamkan ketiga kapal perang indonesia. Tetapi, dengan heroiknya, RI matjan tutul mengambil keputusan untuk maju dan mengalihkan perhatian musuh, berikan peluang pada dua kapal yang lain untuk melarikan diri. Komodor yos sudarso wafat didalam pertempuran ini.
OPERASI DWIKORA (MALAYSIA)  

Kekhawatiran soekarno bahwa malaysia dan kalimantan utara akan jadi kaki tangan kolonial membuat operasi dwikora dikerahkan. Malaysia yang saat itu ada di bawah wewenang kekuasaan inggris diberikan peluang untuk lakukan referendum dan memutuskan nasibnya sendiri. Tetapi, masyarakat malaysia waktu itu justru awali menghasilkan sikap anti-indonesia dan meludahi tanah air kita, soekarno yang marah mengambil keputusan untuk berperang. Sebuah pidato populer, ganyang malaysia, juga diproklamasikan waktu itu. Perang agen rahasia, sabotase, dan militer terbuka dikerahkan, indonesia mesti melawan tiga negara sekalian : malaysia, inggris, dan australia.
PERANG  GERILYA SOEDIRMAN (JAWA TENGAH)
Tidak ada masyarakat indonesia yang tidak mengenal sosok kharismatik, jenderal soedirman. Kondisi kesehatan yang tidak mungkin untuk bergerak sendiri, seorang jenderal muda pada jaman perjuangan dengan usia 31 tahun, jenderal soedirman terus memimpin pergerakan dari atas tandu. Menyusuri bukit dan gunung-gunung di wilayah Wonogiri, masuk desa ke desa. Taktik utamanya yaitu dengan bergerilya, menyerang pasukan musuh, dan sesudah itu bersembunyi. Beliau adalah ahli perang yang mumpuni dan kerap berhasil menyerang pasukan belanda dan sekutu di titik-titik pertahanan yang berdampak signifikan. Sayangnya, beliau mesti kalah pada ketidakberdayaan melawan penyakit tuberkolosis yang makin kronis.
PERTEMPURAN AMBARAWA (SEMARANG)
Pertempuran Ambarawa berlangsung empat hari, dari 13-15 Desember 1945. Semangat juang pasukan TKR menjadi penentu kemenangan dalam melawan musuh.

Awal Pertempuran Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung dan kewalahan.
 
Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dan Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan semboyan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.

Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut dan lawan. Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.

Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.

Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945. Keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
n pasukan Belanda tersebar di pos-pos kecil di seluruh daerah. Ketika pasukan Belanda sudah terpencar-pencar, TNI melakukan serangan. Puncak serangan dilakukan dengan serangan umum terhadap kota Yogyakarta (ibu kota negara) pada tanggal 1 Maret 1949, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto. 

Monumen Serangan itu telah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepat pukul 6 pagi, serangan dimulai. Pos komando ditempatkan di desa Muto. Malam hari, menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota. Ada juga yang disusupkan ke dalam kota. Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene dibunyikan, serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar